Asisten Rumah Tangga (ART), baby sitter, nanny, atau siapapun yang bekerja di rumahmu merupakan wanita karir. Bagaimana bisa? Ya, mereka juga menjadi perempuan yang bekerja. Selama ini yang terpikirkan di benak kita tentang wanita karir atau perempuan bekerja adalah perempuan yang “ngantor” atau terlihat bekerja dengan dandanan rapi, bersepatu, dan berdandan. Namun nyatanya, ART atau Pekerja Rumah Tangga (PRT) juga wanita karir lho!
Sudah Lulus Sekolah Ya Kerja!
54,69% pekerja di Indonesia mayoritas sekolah sampai lulus SD dan SMP (Sumber: BPS 2023). Setelah sekolah, lalu ngapain? Ya sama seperti kalian. Bekerja. Di berbagai sektor termasuk sektor infoemal seperti di rumahmu. Lebih dari 4juta perempuan Indonesia bekerja sebagai asisten rumah tangga atau Pekerja Rumah Tangga (PRT) (Sumber: Databoks 2024).
Sudah Kerja Ya Nikah!
Jika perempuan lulus SMP usia 15 tahun langsung bekerja jadi PRT, lima tahun bekerja ya capek juga, lalu mereka ngapain lagi? Biasanya ya menikah. Sama denganmu, sama dengan kita. Lulus kuliah, bekerja, kemudian kebanyakan di antara kita langsung ingin menikah kan?
Sudah Nikah Ya Nurut Suami!
Lalu saat sudah menikah, mereka akan lebih mendengarkan perkataan suami. Jika suaminya menyuruhnya berhenti kerja, dia jadi berhenti juga kerja padamu. Kamu merasa ruwet dan kewalahan karena harus mencari PRT baru? Sementara dia? Hanya ingin menjadi perempuan pada umumnya. Nurut pada suami. Layaknya pekerja kantoran yang resign karena telah menikah dan mengabdi pada suami. Tapi ada juga kok suami yang tetap mengizinkan bekerja sehingga dia bisa kembali bekerja meski sudah menikah. Sama sepertimu juga.
Lalu Punya Anak...
Saat datang di masa memiliki anak, maka pilihannya akan:
Berhenti bekerja karena tidak sampai hati mengurus anak orang sementara anak sendiri diurus orang tua/mertua di kampung.
Masih ingin bekerja, tapi bingung anak diurus siapa karena tidak ada yang bisa dititipi.
Lanjut kerja karena di rumahmu (tempat kerjanya) punya support system bagus dan menyadari kalau punya anak = butuh biaya besar.
Perempuan di level ekonomi mana pun menghadapi kesulitan yang sala dalam hal pengasuhan anak.
Banyak Juga yang LDM
PRT yang sudah menikah dan suaminya tidak bekerja juga di tempat yang sama, mereka adalah pasangan LDM (Long Distance Marriage). Mereka sangat mungkin mengalami hambatan pernikahan jarak jauh dari masalah komunikasi sampai mungkin kesulitan mengatur finansial di dua dapur. Sama saja seperti kebanyakan pasangan karyawan BUMN (atau perusahaan lain yang sering memutasi karyawan), yang resiko pekerjaannya adalah LDM.
PRT adalah perempuan bekerja yang rentan mendapat kekerasan, baik fisik, mental, dan finansial:
Kebanyakan bekerja tanpa kontrak tertulis tentang hak dan kewajiban
Bekerja tanpa perlindungan hukum.
Tidak ada standar gaji dan bisa diperlakukan sewenang-wenang oleh majikan.
Tidak punya benefit asuransi kesehatan atau jaminan BPJS Ketenagakerjaan.
Jam kerja panjang, bisa 7 hari seminggu dan tetap bekerja di tanggal merah.
Di Singapura, PRT Wajib Mendapatkan:
Gaji
Jam kerja, lebur, dan hari libur yang pasti.
Libur di tanggal merah
Cuti tahunan dan cuti sakit
Asuransi kesehatan dan kecelakaan
Tempat tinggal dengan ventilasi baik.
Makan sehari 3 kali.
Dan semua itu ditulis dalam kontrak kerja. PRT juga wajib punya izin bekerja dari MOM (Ministry of Manpower).
UU perlindungan PRT sudah 20 tahun diperjuangkan namun belum juga disahkan. Untuk itu yang bisa kamu lakukan sementara:
Buat kontrak kerja yang jelas tentang hak dan kewajiban. Buat 2 rangkap bermaterai.
Beri mereka waktu istirahat dan cuti.
Daftarkan ART-mu di BPJS Ketenagakerjaan untuk jaminan kecelakaan kerja dan kematian.
Perlakukan sebagai perempuan bekerja, bukan sebagai pembantu. Dia tidak bantu kamu, dia bekerja 🙂
Tidak ada komentar:
Posting Komentar