Langsung ke konten utama

Kita yang Tak Sama

Richie memandangi wajah Vela lekat-lekat. Gadis berambut panjang yang memiliki mata bulan dan kulit sawo matang itu menjadi salah tingkah karenanya. Seketika Richie berkata,
"Jadi, besok sudah mulai puasa ya kamu?"
"Iya nih. Nanti malam aku mau ikut tarawih di masjid dekat rumah. Jadi, rencana cari bukunya ditunda dulu ya?"
Richie tidak menjawab.
"Gak apa-apa kan?"
"Eh, iya. Gak apa-apa kok. Kamu fokus ibadah aja dulu."
Sejenak, mereka terdiam di bangku taman kota yang tidak jauh dengan kampus Vela. Raut wajah Richie yang menunjukkan kekecewaan seketika berubah menjadi kegirangan seperti mendapatkan ide bagus.
"Ah, aku tahu. Bagaimana kalau rencana mencari bukunya diganti besok sore saja? Setelah itu biar lanjut cari buka puasa untuk kamu."
"Boleh. Oke besok ya."
Keduanya sudah berada disana sekitar satu jam. Kini mulai bersiap untuk pulang. Richie menyalakan motor tua kesayangannya, membonceng Vela yang ingin cepat pulang karena hari sudah sore.

Sesampainya di depan rumah Vela, Richie tak langsung pamit pulang.
"Vel, kamu tau gak kenapa aku bisa tertarik sama kamu padahal kita berbeda?"
Vela tak langsung menjawab, dia berdiam diri sejenak tertegun, tertunduk, lalu kembali melihat sosok lelaki berkulit putih, bermata sipit, dan rambut kecoklatan di bawah sinar matahari senja.
Entah apa yang dipikirkan Vela, tapi ia hanya menggelengkan kepala. Tanda tak tahu.
Belum sempat Richie berbicara, terdengar teriakan dari dalam rumah Vela. "Vela, cepat masuk. Sudah mau magrib."
Vela pun bergegas masuk ke dalam rumah seraya berkata, "Eh besok ya. Dah."
Richie mematung. Kemudian dengan muka lesu dia tancap gas menjauhi rumah Vela.

Banyak perbedaan diantara mereka, namun tidak menjadi halangan bagi mereka untuk saling bertoleransi satu sama lain. Perihal beda keyakinan adalah yang paling mencolok di keduanya.
Waktu terus berlalu, semakin lama menjadikan mereka semakin akrab dan dekat. Namun, satu hal yang menjadi pertanyaan bagi Vela. Suatu pagi yang menjadi malam terakhir di bulan Ramadan, Vela memberanikan diri untuk bertanya pada Richie.
"Kita sudah sejauh ini. Nanti akan tiba saatnya kita mempertanyakan, apakah salah satu dari kita akan rela memindahkan keyakinannya kepada Tuhannya, demi cintanya kepada manusia?"
Richie hanya terdiam. Seketika muncul banyak pertanyaan yang memberondong kepalanya. Seolah berpikir jauh dan belum terjawab pula sampai saat ini..


Komentar

  1. cinta beda agama memang rumit. Richie sudah terlanjur cinta dan ingin memiliki, namun di dalam hati pasti ada keraguan. Apakah harus mengorbankan keyakinan sejak dulu, hanya untuk seseorang yang baru dikenal.

    BalasHapus
  2. Jadi ingat lagunya Marcell yg peri cintaku. Kita yang tak samaa. Hubungan beda agama emang rumit karena pindah agama tidak semudah itu dan pernikahan beda agama apa bisa disahkan di Indonesia?

    Masukan ya Kak. Bisa ditambah dengan minimal 1 foto di tulisannya.

    BalasHapus
  3. Apakah ini mirip kisah Arafah dan ... Hehe
    Hubungan beda agama cukup rumit ya, semoga yang islam tetap pada agamanya, dan teguh dengan imannya ✨

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini based on true story sih sebenernya pengalaman pribadi wakakakk. Ya akhir ceritanya bolehlah nanti kulanjut

      Hapus
    2. Tag me ya kak kalau udah tayang kisah berikutnya 😍

      Hapus
  4. Cinta beda agama itu rumit. Satu agama aja rumit. Huhu

    BalasHapus
  5. Walaupun banyak banget kisah nyata yang benar-benar menjalankan cinta beda agama, cuman itu sulit banget pasti. Nggak kebayang perjuangannya

    BalasHapus
  6. Berbeda itu wajar, hanya saja dalam masyarakat banyak hal yang harus berlaku sama

    BalasHapus
  7. cinta beda agama memang buat yang hanya menyaksikan saja pusing, padahal hanya menyksikan hahh. bagaimana yang menjalaninya ya?

    BalasHapus
  8. Kadang saya sendiri merasa heran kenapa banyak fenomena cinta beda agama justru terlihat lebih tulus apa adanya. Seiring waktu mulai memahami ini mungkin bentuk ujian harus memilih cinta makhluk atau cinta pada Tuhan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stoikisme, Tidak Serta-merta Membuat Kita Nampak "Bodo Amat"

Cuaca hari ini benar-benar buruk, hujan turun dengan angin besar dan petir menggelegar yang membuat rencana bepergianmu batal; kamu hendak mengumpat menganjingbabikan semesta, tetapi kamu tidak jadi melakukannya. Alih-alih, kamu hanya diam, menyeduh secangkir teh hangat dan mengambil sepiring cookies, mengambil buku favoritmu, mengambil selimut, kemudian duduk di sofa dan menikmati hari untuk menggantikan perjalananmu yang batal dan berpikir bahwa selalu ada hari esok untuk itu. Tetapi, kemudian, kamu mendengar suara tetesan air yang terdengar keras di belakangmu. Kamu terkejut saat menemukan atapmu berlubang yang menciptakan celah untuk air masuk ke dalam ruangan, dan itu tepat di atas meja komputermu. Kamu mencari sesuatu untuk menampungnya, sembari berpikir, "Bagaimana jika aku pergi sebelum hujan, itu mestilah sangat buruk, air akan mengenai komputerku dan membuatnya rusak, aku bersyukur tidak melakukannya." Setelah selesai, kamu kembali ke sofamu dan melanjutkan bacaanmu...

Pesan Untukku di Masa Depan

Sepucuk surat untukku di masa depan:  "Halo diriku yang di masa depan. Apa kabar? Aku yakin kamu selalu bail-baik saja. Terutama saat ini. Lihatlah dirimu yang sekarang. Tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Sesuai dengan yang kamu harapkan. Kamu pasti akan tersenyum membaca tulisanku di tahun 2024 ini. Tahun ini adalah titik balik dari kehidupanmu yang sebelumnya. Masih ingatkah kamu? Di tahun ini kamu memutuskan untuk merubah dirimu menjadi wanita tangguh. Lebih tangguh dari sebelumnya. Semua hal yang kamu dapat sekarang adalah hasil dari manifestasimu di tahun ini. Kamu masih melakukannya bukan? Melanjutkan semua mimpi-mimpimu menjadi kenyataan. Bekerja sama dengan alam semesta lewat doa dan manifestasi yang kamu lakukan bertahun-tahun lamanya secara konsisten. Kamu mulai memutuskan untuk menekuni dunia yang kamu inginkan pada tahun ini pula. Segala bentuk upaya untuk menghebatkan dirimu, sudah kamu lakukan di tahun ini.  Aku yakin kamu yang sekarang adalah...

Wanita Melamar Pria Duluan?

Baru-baru ini sosial media digemparkan oleh berita seorang wanita bertekuk lutut di depan publik dan melamar pria duluan. Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian relate ? Setuju atau tidak jika wanita melamar pria duluan? Okay, let see. Mari kita bahas dari sudut pandang ilmu hukum alam semesta dalam feminine masculine energy secara netral.  Sebenarnya jika wanita melamar pria terlebih dulu sudah banyak dan sering terjadi di luar Indonesia, terutama para wanita extreme radical feminist yang merasa wanita berhak maju duluan, proaktif, menafkahi pria dan membiarkan sang pria mengurus keperluan rumah, bahkan melamar pria duluan. Kemudian hal ini menjadi viral dan menuai pro-kontra dalam pandangan masyarakat. Lalu baru-baru ini muncul dan terjadi di Indonesia, kemudian viral. Adegan wanita yang bertekuk lutut di hadapan pria yang merupakan pacarnya dan diduga hal ini terjadi karena si pacar tidak kunjung melamarnya. Katanya sih, “Wanita berhak maju duluan.” bahkan banyak...