Richie memandangi wajah Vela lekat-lekat. Gadis berambut panjang yang memiliki mata bulan dan kulit sawo matang itu menjadi salah tingkah karenanya. Seketika Richie berkata,
"Jadi, besok sudah mulai puasa ya kamu?"
"Iya nih. Nanti malam aku mau ikut tarawih di masjid dekat rumah. Jadi, rencana cari bukunya ditunda dulu ya?"
Richie tidak menjawab.
"Gak apa-apa kan?"
"Eh, iya. Gak apa-apa kok. Kamu fokus ibadah aja dulu."
Sejenak, mereka terdiam di bangku taman kota yang tidak jauh dengan kampus Vela. Raut wajah Richie yang menunjukkan kekecewaan seketika berubah menjadi kegirangan seperti mendapatkan ide bagus.
"Ah, aku tahu. Bagaimana kalau rencana mencari bukunya diganti besok sore saja? Setelah itu biar lanjut cari buka puasa untuk kamu."
"Boleh. Oke besok ya."
Keduanya sudah berada disana sekitar satu jam. Kini mulai bersiap untuk pulang. Richie menyalakan motor tua kesayangannya, membonceng Vela yang ingin cepat pulang karena hari sudah sore.
Sesampainya di depan rumah Vela, Richie tak langsung pamit pulang.
"Vel, kamu tau gak kenapa aku bisa tertarik sama kamu padahal kita berbeda?"
Vela tak langsung menjawab, dia berdiam diri sejenak tertegun, tertunduk, lalu kembali melihat sosok lelaki berkulit putih, bermata sipit, dan rambut kecoklatan di bawah sinar matahari senja.
Entah apa yang dipikirkan Vela, tapi ia hanya menggelengkan kepala. Tanda tak tahu.
Belum sempat Richie berbicara, terdengar teriakan dari dalam rumah Vela. "Vela, cepat masuk. Sudah mau magrib."
Vela pun bergegas masuk ke dalam rumah seraya berkata, "Eh besok ya. Dah."
Richie mematung. Kemudian dengan muka lesu dia tancap gas menjauhi rumah Vela.
Banyak perbedaan diantara mereka, namun tidak menjadi halangan bagi mereka untuk saling bertoleransi satu sama lain. Perihal beda keyakinan adalah yang paling mencolok di keduanya.
Waktu terus berlalu, semakin lama menjadikan mereka semakin akrab dan dekat. Namun, satu hal yang menjadi pertanyaan bagi Vela. Suatu pagi yang menjadi malam terakhir di bulan Ramadan, Vela memberanikan diri untuk bertanya pada Richie.
"Kita sudah sejauh ini. Nanti akan tiba saatnya kita mempertanyakan, apakah salah satu dari kita akan rela memindahkan keyakinannya kepada Tuhannya, demi cintanya kepada manusia?"
Richie hanya terdiam. Seketika muncul banyak pertanyaan yang memberondong kepalanya. Seolah berpikir jauh dan belum terjawab pula sampai saat ini..
cinta beda agama memang rumit. Richie sudah terlanjur cinta dan ingin memiliki, namun di dalam hati pasti ada keraguan. Apakah harus mengorbankan keyakinan sejak dulu, hanya untuk seseorang yang baru dikenal.
BalasHapusBased on true story kak ahahaha
HapusJadi ingat lagunya Marcell yg peri cintaku. Kita yang tak samaa. Hubungan beda agama emang rumit karena pindah agama tidak semudah itu dan pernikahan beda agama apa bisa disahkan di Indonesia?
BalasHapusMasukan ya Kak. Bisa ditambah dengan minimal 1 foto di tulisannya.
Iya betul kak. Siap kakak makasi sarannyaa
HapusApakah ini mirip kisah Arafah dan ... Hehe
BalasHapusHubungan beda agama cukup rumit ya, semoga yang islam tetap pada agamanya, dan teguh dengan imannya ✨
Ini based on true story sih sebenernya pengalaman pribadi wakakakk. Ya akhir ceritanya bolehlah nanti kulanjut
HapusTag me ya kak kalau udah tayang kisah berikutnya 😍
HapusCinta beda agama itu rumit. Satu agama aja rumit. Huhu
BalasHapusWalaupun banyak banget kisah nyata yang benar-benar menjalankan cinta beda agama, cuman itu sulit banget pasti. Nggak kebayang perjuangannya
BalasHapusBerbeda itu wajar, hanya saja dalam masyarakat banyak hal yang harus berlaku sama
BalasHapuscinta beda agama memang buat yang hanya menyaksikan saja pusing, padahal hanya menyksikan hahh. bagaimana yang menjalaninya ya?
BalasHapusKadang saya sendiri merasa heran kenapa banyak fenomena cinta beda agama justru terlihat lebih tulus apa adanya. Seiring waktu mulai memahami ini mungkin bentuk ujian harus memilih cinta makhluk atau cinta pada Tuhan
BalasHapus