Sering kalian bertanya pada anak kecil tentang apa cita-cita mereka? Mereka akan menjawab dengan penuh semangat ingin jadi dokter, polisi, pilot, pemadam kebakaran, guru, dan profesi berseragam lainnya. Pun terjadi denganku saat duduk di bangku SD, aku akan sering mendengar pertanyaan, "Cita-citamu apa?" Bahkan jaman itu setiap anak di kelasku akan bertukar biodata yang berisi nama, alamat, hobi, makanan favorit, minuman favorit, dan tentu saja cita-cita. Binder dan adinata kalau di tempatku namanya, di tempat kalian apa? Boleh komen dong.
Waktu itu usiaku hampir 12 tahun, saat tren bertukar binder dan adinata terjadi. Aku dengan lancar dan percaya dirinya mengisi daftar biodata yang teman-temanku kirimkan. Tapi saat melihat tulisan "cita-cita" aku sempat berhenti agak lama. Cita-citaku? Apa ya? Aku ingin jadi apa kalau sudah besar? Polisi? Ah tidak, aku tidak suka warna seragamnya pikirku dulu. Pilot? Ah tidak, aku tidak suka ketinggian. Lalu aku terbesit pikiran. Aku ingin menciptakan sebuah buku yang akan asyik untuk dibaca teman-teman. Saat itu, sedang tren baca novel serial "Harry Potter" dan aku membacanya sampai 7 jilid. Aku ingin sekali bisa menciptakan buku-buku tebal setebal bikinan J.K Rowling pada saat itu.
Akhirnya kutulislah cita-citaku "pembuat buku."
Lama dan menjadi kebiasaan pada akhirnya, aku suka sekali menulis di buku diary. Diary yang kupunya saat itu berwarna merah jambu, lengkap dengan gembok kecil di ujung penutupnya. Berharap tidak ada yang bisa baca tulisanku waktu itu. Malu rasanya jika tulisanku terbaca oleh orang lain termasuk ibuku sendiri. Saat itu, yang kutulis hanyalah curhatan sehari-hari anak SD yang sedang tumbuh remaja.
Lambat laun, aku sadar jika aku suka menulis. Aku suka berlarut tenggelam dalam buku dan tulisanku sendiri. Membaca ulangnya pun membuatku bersemangat.
Sampai aku beranjak SMA, aku pun masuk dalam jurusan Bahasa dan Sastra. Pertanyaan terbesar dalam diriku bertahun-tahun lamanya sebelum aku memutuskan untuk masuk jurusan tersebut, aku bertanya pada diriku sendiri kenapa aku masuk kelas bahasa? Aku jawab, ya karena ingin menulis dengan baik, lalu, "Kenapa kamu ingin jadi penulis?"
Kini aku tahu semua jawabannya.
Aku adalah seorang introvert yang hanya akan pandai bertukar pesan teks tanpa ada panggilan telepon. Aku seseorang yang lebih memilih bercerita lewat tulisan dari pada lewat lisan. Aku tahu ini bukan hal yang begitu baik, tapi aku tahu kapasitasku. Aku hanya akan nyaman dengan tulisan saat aku benar-benar tak nyaman di dunia ini.
Mungkin untuk kedepannya, aku akan lebih melatih diriku untuk membuat lebih bagus lagi tulisan apapun yang aku buat. Menjadikannya bermanfaat bukan hanya untukku tapi juga untuk orang lain. Semoga juga aku lebih berani berkomunikasi dengan percaya diri dari tulisanku menjadi lisan yang akan bermanfaat untuk orang lain.
Salah satu manifestasiku adalah "Jadi Penulis dan Narasumber" nantinya.
Aamiin gak?
Mantap Kaak, semangat selalu! Semoga tercapai segala cita-cita kakak. Jadi penasaran sama buku apa yang akan kakak tulis ? ✨
BalasHapusUntuk orang-orang yang cenderung lebih diam. Biasanya menulis adalah salah satu cara penyampaian. Aku pun begitu. Heehehe semangat terus kak, jangan kendor semangat!! Kita saling menguatkan yaaaa
BalasHapusaaaamiiiin. Semoga tercapai kak cita-citanya. Terus semangat kita belajar menulisnya, apalagi di jaman digital dimana tulisan yang bermanfaat bisa berguna bagi banyak orang
BalasHapusMenulis akan selalu memberi manfaat selama yang ditulis adalah hal. Positif
BalasHapusKeren ka, udah punya impian jadi penulis sejak lama. Semoga perjalanan menjadi penulis dan membuat buku dimudahkan. Semangat ya
BalasHapus